-->

Notification

×

Opini : Pesan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

21 Oktober 2021 | Oktober 21, 2021 WIB Last Updated 2021-10-21T06:11:45Z

Oleh : Sugiyantoro,S.Ag.

Kepala Bagian Pengelolaan Media Sosial pada Kantor Pusat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran.


MASIH dalam nada, ritme dan aura peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sering disampaikan Ketua Umum Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran (LBH-PK) H. Sugeng, SH., MSI. Berkaitan dengan pintu masuk menjadi orang baik, pemimpin yang baik haruslah mengambil sedikit saja dari sikap, tingkah laku dan watak Nabi SAW.


Dalam kontek ini disampaikan sebuah kisah dari seorang waliyullah terkemuka dimuka bumi. Kisah ini juga masih bertali dengan maraknya tindak pidana korupsi serta upaya pemerintah untuk mewujudkan clean and good gaverment.


Biografi Abdul Qadir Al-Jailani.

Adalah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani lengkapnya Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Janka Dawsat bin Abdillah Al-Jailani. Lahir 1 Ramadhan 471 H/1077 M di Desa Jilan Thabaristan, terletak di sungai Dijlan. Letaknya dari kota Baghdad ditempuh sehari perjalanan. Sekarang sudah memisahkan diri dari Thanaristan. Silsilah beliau bersambung ke Rasulullah SAW dari Sayyidah Fathimah ra dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra, khalifah IV dari Khulafaur Rasyidin. Selengkapnya adalah Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa, bin Abdillah, bin Yahya Al-Zahid, bin Muhammad, bin Daud, bin Musa, bin Abdillah, bin Musa Al-Jawad, bin Abdullah Al-Mahdi, bin Hasan, bin Sayyidah Fathimah, bin Rasulullah Muhammad SAW.


Selanjutnya silsilah dari ibunya adalah Abdul Qadir bin Sayyidah Fathimah, binti Abdullah, bin Abu Jamaluddin, bin Thahir, bin Abdullah, bin Kamaiuddin Isa, bin Muhammad Al-Jawad, bin Sayyid Ali Ar-Ridho, bin Musa Al-Khadim, bin Sayyid Ja'far Shadiq, bin Sayyid Muhammad All-Baqir, bin Sayyid Zainul Abidin, bin Sayyid Husain, bin Sayyidina Ali, bin Abi Thalib, bin Abdul Muthalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushay, bin Kilab, bin Murrah, bin Ka'ab, bin Lu'ayyi, bin Gholib, bin Fahr, bin Malik, bin Nadhr, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhor, bin Nazar, bin Ma'ad, bin Adnan, Addi, bin Adad, bin Hamiyasa, bin Salaman, bin Binta, bin Sahail, bin Jamal, bin Haidhar, bin Ismail as, bin Ibrahim as, Khalilullah, bapak dari para Nabi dan Rasul as.


Kisah Kekeramatannya.


Kisah pertama.

Beliau Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani tidak mau mengagungkan orang kaya dan berdiri karena datangnya seorang raja dan juga tidak karena datangnya orang-orang yang mempunyai kedudukan (pejabat penting). Dan, seringkali beliau melihat seorang raja bermaksud menemuinya padahal beliau sedang duduk-duduk kemudian beliau tinggalkan masuk kamar pribadinya. Sikap ini berdasar sabda Nabi Muhammad SAW, "Man tawaadhonga lighoniyyinn dzahaba syulusyaa diinih/Barangsiapa yang merendahkan diri kepada orang kaya karena kekayaannya maka hilang dua pertiga agamnya". 


Kemudian baru keluar lagi menemui khalifah setelah ia duduk. Hal ini cerminan perilaku para ahli tasawuf yang tidak tertarik dengan kedudukan dan harta serta tidak berdiri hanya sekadar  kedatangan raja, pejabat penting, orang kaya. Beliau tidak mau berdiri didepan pintu-pintu raja, menteri dan tidak menerima hadiah dari raja sehingga raja itu mencemoohnya. Maka Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata kepada sang raja, "Kalau begitu bawa sendiri hadiah itu kesini (raja pun menerimanya). 


Kemudian raja membawa sendiri buah apel untuk Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Tiba-tiba apel itu didalamnya penuh darah dan nanah. Maka Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani berkata kepada raja, "Kenapa raja selalu mencemooh saya? Padahal saya tidak mau buah apel ini karena seluruhnya penuh dengan darah manusia". Maka raja itu minta maaf dan bertaubat di hadapan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Selanjutnya raja itu sering mengunjungi beliau sebagaimana kebanyakan orang yang menjadi sahabatnya sampai meninggal.


Kisah kedua.

Suatu hari raja Abul Mudhoffar Yusuf berada di depan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Kemudian dia berkata kepada Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, "Saya ingin melihat sesuatu dari kekaromahan untuk menenangkan hati saya". Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani bertanya, "Apa yang engkau kehendaki?". Sang raja menjawab, "Saya menginginkan buah apel dari alam ghaib". Padahal di Irak waktu itu tidak musim buah apel. Maka Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menjulurkan tangannya ke udara, tiba-tiba di tangannya ada dua buah apel. 


Kemudian yang satu di berikan kepada raja, satunya lagi dipegang sendiri. Lalu, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani memecah buah apel yang ada ditangannya. Tiba-tiba apel itu warnanya putih bersih, harum baunya bagaikan kasturi. Dan, raja itu pun melakukan hal yang sama tetapi buah apel dipenuhi ulat. Maka raja pun berkata, "Mengapa begini?". Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani berkata, "Wahai Abul Mudhoffar, apel ini ada di tangan orang lalim maka akan mengeluarkan ulat, sedangkan apel ini ada di tangan kekasih Allah, maka menjadi harum". 


Hikmahnya.

Kesempurnaan ajaran Islam ada pada aspek akidah-fiqh dan akhlak juga syari'ah (fiqh) muamalah. Muamalah ialah bentuk ibadah sosial menyangkut hubungan sesama manusia (hablum minanas) secara horisontal seperti mewujud dalam domain jual-beli,  pidana-perdata, sosial-politik dan sebagainya. Kesemuanya haruslah suci dan bersih dari awal-tengah-akhir. Iman menggambarkan keyakinan sedang Islam itu syari'ah dan Ihsan itu kesempurnaan Iman dan Islam yang ada pada diri seseorang. Iman ibarat akar, Islam ibarat pohon dan Ihsan ibarat buah yang dihasilkan oleh sebuah pohon.

Semoga bermanfaat.

×
Berita Terbaru Update